Translate

Catatan Liburan, di Bali - 22 Juni - 1 Juli , 2015, Hari Ke Lima

Setelah melewati jalan yang cukup panjang di hari ke empat ( klik aja ya kalo mau tau ceritanya ),,di hari ke lima ini kami berpindah dari Tegalalang ke arah segening. Kalo tegalalang ada disi utara kanan ubud, segening ada disisi utara sebelah kiri ubud. wilayah yang lebih desa banget. Walau cuma jarak 20 menit dari ubud, tapi masih jauh dari sentuhan industry wisata, tidak seperti tegalalang tetangganya.
 
Pkl. 07:00 Sebelum check out, kami memutuskan menghabiskan waktu pagi di hotel dengan sarapan, berenang,  berkeliling di sekitar lembah di Hotel, berendem juga di bathup yang eksotic.
 
 
 
 
 
 
 
Pkl. 10:00, Setelah packing dan berberes, kami putuskan untuk bermain main di Ubud, ceritanya mau mengeksplore ubud dari jarak dekat. Butuh waktu kira2 30 menitan untuk sampai di pusat kota. Seperti biasa, sehubungan dengan udara dingin kita mempercepat jadwal makan siang,, kami putuskan Ibu Oka pilihannya. Setelah berkeliling mencari tempat parker, akhirnya kami dapatkan juga ditempat yang sama sebelumnya di pinggir lapangan bola.  Setelah itu kami berjalan sedikit ke arah pusat kota, mencari Lokasi Babi Guling Bu Oka. Lokasinya ada 2 tempat, tapi kami memilih lokasi yang orisinilnya, yang berada di bibir sungai dan lembah, masuk ke dalam gang sedikit. Bu Oka adalah salah satu destinasi kuliner di bali. Mereka sudah melayani tamu lebih professional di banding babi guling bali lainnya. Uniknya ditempat ini ada beberapa binatang yang dipelihara, termasuk babi yang akan di potong dipelihara di bagian bawah restoran, hal yang menarik juga buat anak anak bermain. Untuk rasa masakan, rasanya saya udah disesuaikan sekali dengan lidah turis, "Rasa Balinya" jauh berkurang. Soal harga juga sama, udah harga turis, tapi ya seimbang sama fasilitasnya kali ya. Buat pembaca yang baru ke Bali, harus makan ini, sebagai icon budaya kuliner di Bali. Setelah kenyang kami memutuskan bali ke pusat Ubud dengan menyusuri gang sempit sebagai jalan pintas,, ehm menarik juga  untuk spot foto, keren suasananya.
 
 
 
 
 
 
Pkl 12:00, Gang kecil yang kami selusuri akan bermuara didepan pintu masuk Pasar Ubud, sebuah lokasi yang juga wajib dikunjungi. Tapi Kami menahan diri dulu berbelanja disitu, kami menuju istana raja ubud, untuk melihat lihat. Wah turis dari china banyak bener disini. Seneng liat mereka bisa kunjungi Negara kita. Mereka itu salah satu kelompok turis yang dating ngak terlalu lama, tapi belanja buannyak. Bagus buat industri kecil kita.  Kembali lagi Ubud Palace, meski menjadi destinasi wisata, kok kesannya biasa biasa saja ya??? ngak ada sesuatu yang dimaksudkan untuk dijual ( sebagai pembanding istana raja di KL, atau Jogja atau Thailand ), kesannya turis di cuekin aja nyelonong sana sini tanpa ada arahan, kecuali tulisan dilarang injak rumput dan dilarang masuk. Eh.. apa emang itu daya tariknya ya.. Tapi kalo malam tempat ini jadi tempat pertujukan seni budaya. Pas malemnya saya balik cukup rame juga.
 
 
 
Pukul 13:00 Sehubungan ngak banyak yg bisa di liat dan dilakukan di istana raja, kami langsung menuju pasar Ubud.  Pasar ubud kayaknya lebih atraktif dech , penuh kerajinan asli Bali, berinteraksi langsung dengan penduduk local. nach ada tips nech belanja disini, pertama jangan sok gaya kayak turis asing pasti harga dimahalin , kedua cek harga dulu dibeberapa tempat baru tawar dari yang memberikan penawaran harga pertama terendah. Ketiga, jangan tawar keterlaluan lah ya.. kasihan itu pedagang kecil, berbagi berkatlah sedikit. Jadi prinsipnya jangan beli dari pedagang serakah, dan jangan jadi pembeli pelit. Ke Empat berbelanjalah pagi hari atau awal toko buka, biasanya pedangan menjual dengan harga lebih murah, mereka percaya penjualan pertama sebagai penglaris, asal tidak dibawah harga modal biasanya tawaran kita mereka kasih, nanti uang anda akan di kepret ( ditepuk ) di dagangan mereka sambil bilang " laris laris"

Sekedar berbagi pengalaman, Anak saya yang kedua minta dibelikan ukulele, jadi saya cari sendiri anak anak ngak ikut. Mungkin tampang korea atau china daratan, pedagang itu langsung manggil2 " laupan come here, cip cip ( cheap maksudnya ), kam hier fes no bay no problem ( come here first no buy, no problem )", hehehe dipangggil gitu saya juga iseng " how much ?" itu pedagang langsung bilang "Rp.  400.000,", spontan saya bilang " mahal bener", spontan tuch pedangan juga bilang,, "ya udah si om mau beli berapa? 300 aja dech ya buat orang local ", ngak lama istri saya muncul, dia Tanya "berapa harganya?", saya bilang" 400", "oh didalem gedung buka harga cuma 150 rb",,langsung aja saya tinggal tuch org,, Ngak lama kemudian ketemu lagi barang yg sama, pas saya Tanya dia langsung bilang 150 000, trus saya Tanya pasnya berapa ? 125 aj dech... saya bilang ok,,saya yakin mungkin ditawar rp. 100.000 an bisa, tapi janganlah ya, perlu berbagi semampu kita.


Foto Pasar Gedung baru, yang relative bersih
 

 

 
 
 
 
 
 
Foto Pasar bagian luar dan Gedung Lama, kondisinya lebih berantakan, tapi suasannya lebih Indonesia.
 
 

 
 
 
 
 
 
 Pukul 14:00, setelah puas liat liat pasar ubud, kami melanjutkan ke jalan Karna ( pedestarian yang relative baru di ubud baru awal 2015 katanya ).Dagangannya sich sama saja, cuma menarik karena kontur tanahnya berbukit, dan kita bisa masuk kerumah penduduk untuk sekedar ngobrol. Dua hari yang lalu kami sudah kesini, tapi kesini lagi ach enak juga suasanannya, sekalian juga jadi jalan tembus ke parkiran mobil kami.

Jln Karna dari arah pasar ubud ke bawah


 
 




Jln Karna dari arah Bawah menuju pasar Ubud


 Dibawah ini foto barang dagangan dan penjualnya









 
Beberapa Rumah pendududk dijadikan Home Stay di Jln karna
 
 

 


 Pukul 14:30, setelah sampe di ujung jalan krisna yg berbatasan dengan Jln Dewi Sita , Kami memutuskan untuk kembali ke mobil sewaan dan menuju Segening villa, +- 15-30 Menit dari pusat ubud. Saya sengaja memilih tempat ini, disamping untuk retreat , juga untuk merayakan hari pernikahan kami.

Pukul 15:00 Segening Villa, boleh dikatakan villa paling private yang pernah saya pakai, Letaknya jauh dari keramaian , di tengah hutan bamboo walalupun di sisi kiri dan depan ada penduduk setempat, tapi sungguh benar2 tenang, tidak ada ganguan. Awalnya saya agak kaget juga, waduh salah pilih villa, villanya cuma ada 3 kamar saja, tidak ada receptionist, satpam, bell boy, room boy, dapur dll,, cuma kamar tok. Tapi begitu masuk wah.. saya baru rasa kenapa villa ini memang seharusnya demikian.  Tidak ada pelayan bukan berarti tidak dilayani, mereka hanya menjual privasi yang utama. Mantap dach...Kami sudah ditunggu oleh nyoman dkk, itu tim hebat , melayani secara professional, semua kebutuhan sarapan luar biasa mantap.  satu lagi yg buat saya kagum, vila ini memiliki fasilitas lengkap, open air bathup yang bener bener open, kolam renang pribadi, WIFI high speed, dapur, lengkap pokoknya. Kurangnya cuma satu, agak susah cari makanan musti turun ke arah ubud., jadi kalo udah kesana perlu beli makanan terlebih dahulu. untungnya saya udah beli 3 bungkus babi guling dari pinggir jalan dan 2 bungkus ayam goring + 2 nasi goreng,, cukuplah untuk sampe sarapan besok hehehehe....

Segening tidak sedingin tegalalang, tapi lebih sejuk dari ubud. Sore ini kita habiskan dengan berenang, kebetulan kami dapat 2 kamar konecting room ( sebetulnya 2 villa , yang punya connecting room, jadi anak anak tinggal di villa sebelah, Berenangnya juga sama dibagi dua,, jadi ngak ganggu hehehehe.

Kami memutuskan menghabiskan hari ini di sini, berenang, makan malam di open air, juga mencoba bathup dari batu, suasana malamnya memang agak gelap untuk yg ngak biasa memang agak serem dikit. Tapi saya menikmati suasana seperti ini, nyaman dan damai. Bisa liat bintang dengan jelas. Sebetulnya kalo kita mau lebih peka sedikit, banyak juga yang menemani, kodok dan juga jangkrik,,,

Sampe ketemu di cerita yang berikutnya  di hari ke enam ya....